Life StyleOpini

Andragogical learning

Kata andragogi nampaknya memang tidak setenar lawannya, pegagogi. Teori pembelajaran androgogi secara formal memang belum berumur lama. Tertulis di Wikipedia, teori ini diperkenalkan pada tahun 1990an oleh Malcolm Knowles.Tetapi, secara de facto, teori pembelajaran ini sudah ada sejak dulu. Teori ini secara umum memandang bahwa subyek pembelajaran adalah orang dewasa yang perlu diperlakukan sebagai orang dewasa, yang sudah bisa memilih, berpikir mandiri, dan bertanggungjawab atas pilihan yang dibuatnya.

Kalau ada dosen yang memanggil mahasiswa dengan kalian atau kamu, biasanya memang belum menerapkan pembelajaran andragogik. Dalam budaya Indonesia, sebutan “kalian” atau “kamu” adalah sebutan yang “merendahkan”, beda halnya dengan “anda” atau “saudara”. Menggunakan “kita” nampaknya terasa lebih empatik. Dalam Bahasa Inggris, “you” lebih egaliter dibandingkan dengan “kamu” dalam Bahasa Indonesia.

Dalam tradisi Islam, banyak metode pembelajaran yang bisa dirujuk. Salah satu yang sangat demokratis dan pasti menggunakan pendekatan andragogik adalah pelajaran dari dialog Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ketika diperintah Allah untuk disembelih. Meski Nabi Ibrahim jelas diperintah oleh Allah, namun tidak serta merta menyembelih Nabi Ismail. Nabi Ibrahim bahkan bertanya kepada Nabi Ismail tentang pendapatnya. Sangat demokratis dan Nabi Ibrahim mengganggap Nabi Ismail sebagai orang dewasa yang telah siap memilih, sebagaimana diceritakan pada Surat As Shaaffaat ayat 102.

Dalam pendekatan andragogik, keberhasilan mahasiswa adalah sangat ditentukan oleh motivasi intrinsik yang dimiliki. Mendapatkan nilai baik atau sekedar menggugurkan kewajiban tidak ada dalam kamus pendekatan andragogik ini. Dosen lebih sebagai fasilitator dan bukan yang “seorang dewa” yang selalu benar. Diskusi dengan berbagai perspektif sangat dianjurkan, dan karenanya datang ke kelas dengan kepala kosong “haram” hukumnya.

Siapkah kita?

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button