Brand “luxury”mu apa?
Berawal dari seorang gadis berusia 17 tahun “diejek” ketika dia memposting video TikTok tentang dirinya mendapatkan tas Charles & Keith baru, yang dia sebut “tas mewah pertamanya”, yang dibelikan oleh ayahnya. Yang karena menyita perhatian jagat maya, akhirnya Charles & Keith mengundang gadis itu dan ayahnya untuk makan siang pada hari Rabu, 11 Januari 2023.
Dalam kolom komentar dan juga diperbincangkan di platform sosmed lain banyak hujatan, pujian, empati dan lain-lain. Yang menarik disini sebenarnya tentang label brand Charles & Keith sebagai “luxury”.
Apakah Charles & Keith adalah brand “luxury”?
Menurut halaman Wikipedia-nya, Charles & Keith dianggap sebagai grup mewah. Pada tahun 2011, Charles dan Keith Wong, pendiri Charles dan Keith, menjual 20 persen saham kepada unit ekuitas swasta Louis Vuitton Moet Hennessy (LVMH), L Capital Asia, seharga lebih dari US$30 juta. LVMH memiliki banyak label fesyen papan atas, termasuk Marc Jacobs, Dior, dan Givenchy, yang semuanya merupakan merek mewah. Menurut Forbes, Wong bersaudara telah membeli kembali saham mereka dari LVMH.
Diskusi tentang brand akan selalu menarik, apalagi menyangkut supremasi tentang “luxury” yang tentu saja berbanding lurus dengan harga. Charles & Keith memang termasuk luxury brand, tapi di kategori everyday luxury (price points ~USD100, number of points of salenya tinggi).
Kalau seperti Coach masuk ke affordable luxury, Gucci & Prada ke accessible core, LV/Hermes/Bottega Veneta ke premium core/superpremium.
Range luxury brand itu gede banget, di tingkat ultra high end itu biasa masuknya jewelries kayak Leviev (iya, yang Tinder Swindler ngambil nama dari sini).
Jam tangan juga sama kategorinya, Patek masuk ke superpremium, Cartier/Omega/Chopard di premium core, Tissor di accessible core, Swatch di everyday luxury.
Luxury brand ini unik-unik terutama brandingnya, seperti Goyard mungkin beberapa tahun yang lalu jarang yang dengar karena memang mereka silent advertising. Sekarang jadi populer pun karena yang pake pada upload di sosmed. Brand-brand seperti Brunello dan lainnya juga unik-unik, entah mikir apa orang-orang brandnya.
Luxury brand gini kadang bisa dijadiin investment, misalnya tas Polene (~USD400) yang tahun ini harganya naik terus, jam Role(x) era 2021, dan lainnya. Harga bekasnya bisa jauh di atas retail price, tapi ya biasa mainan orang berduit yang banyak uang free. 🙂
King of luxury goods= Hermes
Tier 1.A (Ultra expensive, very exclusive and very prestige)= Kiton, Loro Piana, Delvaux, Moynat, Brioni, Goyard, Berluti, Armani Prive
Tier 1.B (Ultra expensive but getting mainstream)= Chanel, Bottega Veneta, Tom Ford, Dior
Tier 2 (Ultra expensive but have some entry level stuff that people can afford)= Louis Vuitton, Fendi, Loewe, Louboutin
Tier 3.A (Expensive and highly respectable fashion house but either some of their goods are too mainstream or made in China)= Gucci, Prada, Versace, Burberry, Givenchy, Balenciaga, Valentino, Dolce & Gabanna, Giorgio Armani
Tier 3.B (Expensive but these fashion houses not as huge as compared to the brands above) = Alexander McQueen, Dsquared2, Bally, Maxmara, Moschino, Miu Miu, Balmain, Mulberry
Tier 4 (Semi-Expensive and some may see as trashy, brands that mainly rely on ‘influencers’ marketing) = Philipp Plein, Palm Angels, Emporio Armani, Off-White
Tier 5 (Very mass market, some may see as luxury in developing countries, but in developed countries people see as contemporary brands) = Coach, Tory Burch, Kate Spade, Michael Kors, Longchamp
Tapi kembali ke perspektif masing-masing, buy something that makes u happy, that’s it!