OpiniUlasan
Trending

Organisasi tanpa makna

Seorang teman merasa miris karena dalam organisasinya rasa tega ‘memplokoto’ yang muda atau orang lain sudah sangat kentara. Beragam kejadian senada telah berlangsung berulang kali. Meskipun masalah ini, katanya, pernah diupayakan dilempar dalam beragam ‘forum’, namun nampaknya tidak banyak yang merasa tertarik dengan topik yang jelas tidak seksi ini untuk sebagian besar orang. “Ngopo ngurusi yang tidak perlu”, kata sebagian orang dalam hati. Saya yakin, banyak yang menikmati, sadar atau tidak, sengaja atau tidak, atas kejadian ini. Tanggapan paling serius yang bisa diharapkan adalah: “kita sudah dewasa, sudah saling tahu”.

Kita merasa sudah dewasa, padahal mungkin sebenarnya nilai-nilai kedewasaan tidak terlihat sama sekali, atau paling banter samar-samar. Saling menghargai, bertanggungjawab, taat aturan, menjalankan kesepakatan, dan tepo seliro adalah contoh nilai yang seharusnya dipegang dan dipraktikkan oleh orang dewasa. Tetapi tidak dalam kenyataannya. Kalau semuanya sudah tambah tua, saya tidak akan membantahnya. Tetapi kalau dianggap sudah dewasa, nanti dulu. Orang yang berumur tua tidak identik dan tidak selalu berkorelasi dengan kedewasaannya dalam berpikir dan bertindak.

Mengapa bisa demikian? Banyak jawaban dari perspektif yang berbeda pula, tetapi menurut saya yang paling penting adalah penanaman nilai-nilai. Organisasi yang solid tidak akan berumur panjang dan berkembang dengan baik tanpa adanya nilai yang kuat. Nilai tersebut yang mengikat semua elemen organisasi. Tanpa ada nilai yang mengalir dalam setiap sendi-sendi organisasi dan dipraktikkan, upaya setiap elemen organisasi tidak akan berujung pada titik yang sama, tidak hanya tertulis dengan indah dalam dokumen resmi atau tertempel cantik di tembok kantor. Hasil akhir yang dihasilkan justru sangat kecil, karena saling meniadakan.

Perubahan tidak selalu berjalan seperti yang kita inginkan. Tidak jarang ada duri, kerikil ataupun batu yang menghalangi. Terkadang konsensut tidak mudah dicapai dan nilai yang disepakati bisa jadi hasil kompromi. Saya percaya bahwa proses institutionalisasi organisasi atau perubahan organisasi haruslah berbasis agensi. Harus ada aktor yang mengawalnya, lengkap dengan para pendiukungnya, dan orientasi masa depan yang jelas. Yang tidak wajar jika perubahan dianggap sebagai sesuatu yang natural dan terjadi tanpa nilai, desain, dan kawalan yang jelas.

Apakah organisasi seperti ini tidak mempunyai program? Bisa jadi malah banyak program, atau mungkin tepatnya kegiatan (yang tidak terprogram). Apakah organisasi yang seperti ini para anggotanya tidak suka. Siapa bilang? Justru banyak yang menikmati. Bayangkan Pak Lurah yang suka secara rutin mentraktir dengan menu pilihan dan mengajak plesir banyak kepala keluarga di desanya. Apakah mereka tidak senang? Mungkin hanya yang ‘bodoh’ yang demikian. Tetapi, coba tanya kepada mereka, ‘apa manfaatnya untuk keluarga mereka?’. Tidak sulit dibayangkan, bahwa mereka tidak bisa berkata-kata. Atau bahkan malah ‘ngeles’? “Lha, Pak Lurah tidak ngasih uang untuk beli oleh-oleh?”. Mengapa bisa demikian? Mereke terbiasa disuapi, tidak dididik bermental ‘tahan banting’ dan anti ‘ngeles’. Yang diproduksi, sebaliknya, adakah ‘anak mama dan papa’, yang tinggal teriak jika butuh sesuatu dan marah jika maunya tidak terpenuhi. Bisa jadi niat Pak Lurah mengenalkan nilai, namun yang diingat warganya hanya ‘makan gratis dengan menu pilihan’ dan ‘plesir’. Tidak lebih. Karena itulah yang sering juga dipahami oleh anak buah Pak Lurah ketika menyampaikannya ke warga. Banyak acara tapi minim nilai yang ditanamkan, atau paling tidak yang tertanam. Acara hanya menjadi ritual rutin minim makna dan bekas jangka panjang.

Jika Anda masuk dalam organisasi seperti ini, ekspektasi anda jangan terlalu tinggi. Jika Anda termasuk yang terganggu dengan cerita di atas, tidak sulit untuk menduga bahwa Anda akan kecewa. Jika sebaliknya, mungkin Anda merasa nyaman dan tertawa di atas ketulusan (meskipun dengan penderitaan) kolega. Yang menderita seringkali tidak bercerita, karena dia sudah dewasa.

Organisasi tanpa nilai selalu akan kolaps? Mungkin tidak, tetapi tampaknya akan sulit untuk maju.

wasalam

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button