Seorang pemimpin di kampus harus dapat membawakan tiga peran sekaligus: akademisi, manajer, dan politisi. Pada suatu saat, dia adalah akademisi. Secara keilmuan, dia harus menguasai bidangnya. Didengar ketika dia berbicara dan berkomentar di bidangnya. Dihormati kepakarannya dalam lingkungannya. Dia harus academically proven.
Pada saat yang lain, dia adalah manajer. Dia harus bisa mengelola sumberdaya yang terbatas untuk menjadikannya sebagai manfaat terbesar untuk institusi, bukan untuk diri sendiri. Dia harus bisa menjamin ide-ide besarnya diterjemahkan oleh bawahannya. Dia harus bisa mengelola konflik dengan baik, dan membalikkannya menjadi sebuah kekuatan, dan tidak justru terlibat dalam konflik. Dia harus dapat berkomunikasi dengan baik, baik dalam forum nasional maupun internasional. Dan juga termasuk memahami konsep manajemen dan tata kelola perguruan tinggi.
Pada saat yang lain, dia juga seorang politisi (yang baik). Dia harus peka dengan aspirasi, harus peduli dengan masalah bangsa, harus bisa mengkomunikasikannya dengan berbagai elemen. Hanya dengan demikian, posisi kampus sebagai kawah candradimuka agen-agen perubahan dapat diperankan.
Perlu orang dengan empat “o” untuk menjadi pemimpin kampus ke depan. Pemimpin kampus harus ngerti arep ngopO, gelem kerjO, diterimo konco-koncO, dan duwe bolO.
Pemimpin kampus harus tahu mau kemana akan dibawa ke depan, ngerti arep ngopO, visioner. Dia harus intellectually capable, harus pinter. Tanpa ini kok rasanya sulit untuk memenangkan persaingan ke depan.
Pemimpin kampus harus orang yang suka bekerja keras, gelem kerjO, harus kober. Diperlukan orang yang dapat memberi contoh tentang arti kerja keras. Pimpinan tidak selayaknya hanya tunjuk sana sini, tanpa bisa memberikan contoh, rekam jejak selama ini bisa dijadikan acuan.
Pemimpin kampus juga harus socially acceptable, diterimo konco-koncO, pener. Dalam konteks yang loosely coupled seperti kampus, pemimpin harus menjadi perekat dan bisa masuk ke semua kalangan. Kehadiran dia harus menyejukkan, menjadikan suasana menjadi lebih semarak dan berwarna, dan lebih terbuka terhadap kritik dan saran.
Pemimpin kampus harus punya jaringan yang baik, duwe bolO. Jaringan bisa dibuat sewaktu menjadi pemimpin, tetapi untuk percepatan yang baik, harus tidak dimulai dari nol. Tune–in diperlukan beberapa saat, tetapi setelah itu, harus menjadi pemain yang diperhitungkan.
Idealnya adalah orang yang rajin, suka bekerja keras, menghindari kesenangan pribadi, dan jiwa sosialnya tinggi. Apakah anda termasuk orang itu? 🙂